SISTEM BOARDING SCHOOL
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen,
karena pendidikan merupakan salah satu faktor
yang dapat menentukan masa depan setiap anak. Orang tua pun tentunya
ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan melihat anaknya menjadi pribadi
yang sukses, sukses yang bukan hanya dalam hal “materi” namun juga suskses
dalam mengendalikan dan memberdayakan potensi baiknya.
Perkembangan lingkungan sosial yang begitu pesat
meningkatkan tantangan dan pengaruh yang begitu meresahkan bagi perkembangan
pendidikan dan pembentukan pribadi anak, seperti meluasnya peredaran obat
terlarang, pergaulan bebas, tawuran remaja sehingga menumbuhkan kekhawatiran
pada orang tua mereka. Ditambah globalisasi di bidang budaya, etika dan moral
yang didukung oleh kemajuan teknologi di bidang tarnsportasi dan teknologi.
Bagi anak yang tidak dapat memanfaatkan perkembangan dunia dengan baik dan
benar akan menghantarkan mereka pada perilaku yang menyimpang dari agama dan
mangakibatkan krisis moral pada anak bangsa.
Dengan demikian, diperlukan suatu pendidikan yang mana
di dalamnya tidak hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan pada anak yang hanya
bersifat umum, tetapi juga pengetahuan keagamaan yang dapat memperbaiki akhlak
dan dapat dijadikan panduan untuk menjalani kehidupan yang lebih terarah dan
tidak menyimpang dari ajaran sang Khaliq. Ini berarti ada keseimbangan antara pengetahuan
umum dan agama. Untu kitu, (boarding school) merupakan salah satu solusi baik
untuk mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang dan untuk mencapai
keunggulan, baik pada aspek akademik, non akademik, maupun pribadi yang kuat,
kokoh dan mantap dalam diri anak. Dan terpenting siap untuk mengabdikan dirinya
pada masyarakat, agama dan bangsa.
PENGERTIAN DAN SEJARAH AWAL BOARDING SCHOOL
1. Pengertian
Boarding School
a.
Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school.
Boarding berarti asrama, dan school berarti sekolah.[1] Boarding School adalah
system sekolah berasrama, di mana peserta didik dan juga para guru dan
pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam
kurun waktu tertentu.[2]
Boarding school adalah sekolah yang memiliki asrama,
di mana para siswa hidup, belajar secara total di lingkungan sekolah. Karena
itu segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar disediakan oleh sekolah.
Sekolah berasrama ini bisa juga kita sebut dengan Pesantren.
b. Adapun
secara umum, arti dari Pendidikan (Boarding School) sebagaimana tertulis dalam
Word net bag.30 adalah a private school where students are lodged and fed as
well as taught, artinya adalah: “sebuah sekolah swasta di mana siswa
diasramakan, diberi makan serta diberi pelajaran”.[3]
c. Menurut
Oxford dictionary, pendidikan kepesantrenan (Boarding School) is school where
some or all pupil live during the term. Artinya adalah : Sekolah berasrama
adalah lembaga pendidikan yang mana sebagian atau seluruh siswanya belajar dan
tinggal bersama selama kegiatan pemebelajaran).[4]
2.
Faktor-faktor Berkembangnya Boarding School
Keberadaan Boarding School adalah suatu konsekuennsi
logis dari perubahan lingkungan social dan keadaan ekonomi serta cara pandang
religiousitas masyarakat. Dijelaskan sebagai berikut:
a.
Lingkungan sosial yang kini telah banyak berubah, terutama di kota-kota
besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana masyarakat yang
homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan keluarga besar satu klan atau
marga telah lama bergeser ke arah masyarakat yang hetrogen, majemuk, dan
plural. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena
berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian
besar masyarakat yang terdidik dengan baik menganggap bahwa lingkungan social
seperti itu sudah tidak lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan
intelektual dan perkembangan anak.
b. Keadaan
ekonomi masyarakat yang semaki nmembaik, mendorong pemenuhan kebutuhan di atas
kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Bagi kalangan menengah-atas
yang baru muncul akibat tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga
mendapatkan posisi-posisi yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada
tingginya penghasilan mereka. Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan
pendidikan yang terbaik bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah diterima
oleh orang tuanya.
c. Cara
pandang religiusitas masyarakat telah, sedang, dan akan terus berubah.
Kecenderungan terbaru masyarakat perkotaan sedang bergerak ke arah yang semakin
religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan semaraknya kajian dan
berbagai kegiatan keagamaan. Modernitas membawa implikasi negative dengan
adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan ruhani dan jasmani. Untuk itu
masyarakat tidak ingin hal yang sama akan menimpa anak-anak mereka. Intinya,
ada keinginan untuk melahirkan generasi yang lebih agamis atau memiliki
nilai-nilai hidup yang baik mendorong orang tua mencarikan system pendidikan
alternatif.[5]
3. Jenis-Jenis
Boarding School :
a. Menurut
sistem bermukim siswa :
· All
Boarding School : Seluruh siswa tinggal di asrama kampus atau sekolah.
· Boarding
day School : Mayoritas siswa tinggal di sekolah dan sebagian lagi dilingkungan
sekitar kampus atau sekolah.
· Day
boarding : Mayoritas tidak tinggal di kampus meskipun ada sebagian yang tetap
tinggal di kampus atau sekolah.
b. Menurut
jenis siswa :
· Junior
Boarding School : Sekolah yang menerima murid dari tingkat SD s/d SMP, namun
biasanya hanya SMP saja.
·
Co-educational School : Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan
perempuan.
· Boys
School : Sekolah yang menerima siswa laki-laki saja.
· Girl
School : Sekolah yang menerima siswa perempuan saja.
·
Pre-professional arts School : Sekolah khusus untuk seniman.
· Religius
School : Sekolah yang kurikulumnya mengacu pada agama tertentu.
· Special
needs Boarding School : Sekolah untuk anak-anak yang bermasalah dengan sekolah
biasa.[6]
4. Keunggulan
Boarding School
Banyak keunggulan yang terdapat dalam sistem
pemondokan atau boarding school ini. Dengan sistem mesantren atau mondok,
seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara kognitif, melainkan juga
afektif dan psikomotor. Belajar afektif adalah mengisi otak siswa atau santri
dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, dengan cara melatih kecerdasan anak.
Sementara menghadapi era modernisme seperti sekarang ini, otak siswa tidak lagi
cukup dengan dipenuhi ilmu pengetahuan, melainkan perlu keterampilan dan
kecerdasan merasa dan berhati nurani. Sebab, pada kenyataannya, dalam
menghadapi kehidupan, manusia menyelesaikan masalah tidak cukup dengan
kecerdasan intelektual, melainkan perlu kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ). Mengajarkan kecerdasan emosional dan spiritual tidak
cukup dilakukan secara kognitif, sebagaimana mengajarkan kecerdasan
intelektual. Dalam hal ini diperlukan proses internalisasi dari berbagai
pengertian yang ada dalam rasio ke dalam hati sanubari.
Salah satu cara terbaik mengajarkan dunia afektif
adalah pemberian teladan dan contoh dari para pemimpin dan orang-orang yang
berpengaruh di sekitar anak. Dengan mengasramakan anak didik sepanjang 24 jam,
anak didik tidak hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif, melainkan dapat
menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz, guru, dan orang-orang yang
mengajarkan mereka. Para siswa bisa menyaksikan langsung, bahkan mengikuti
imam, bagaimana cara salat yang khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan
pelajaran salat, misalnya, yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum
kepada imam yang salatnya khusuk.
Di samping itu, dengan sistem boarding school, para
pimpinan pesantren dapat melatih psikomotorik anak lebih optimal. Dengan
otoritas dan wibawa yang dimiliki, para guru mampu mengoptimalkan psikomotorik
siswa, baik sekadar mempraktikkan berbagai mata pelajaran dalam bentuk
gerakan-gerakan motorik kasar maupun motorik lembut, maupun berbagai gerakan
demi kesehatan jiwa dan psikis anak.
Karena sistem boarding school mampu mengoptimalkan
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, maka sistem mesantren ini
memiliki prasyarat agar para guru dan pengelola sekolah siap mewakafkan dirinya
selama 24 jam. Selama siang dan malam ini, mereka melakukan proses pendidikan,
baik ilmu pengetahuan, maupun memberikan contoh bagaimana mengamalkan berbagai
ilmu yang diajarkan tersebut.
Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem
boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi
keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan
ilmu agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap
siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school yang
diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang lebih
leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing,
kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan
selalu diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan
senantiasa diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24
jam.
Pembinaan mental siswa secara khusus mudah
dilaksanakan, ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau,
tradisi positif para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya
nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa
terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para siswa dan guru-gurunya
dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasih sayang, dan
penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan
kemandirian dapat terus-menerus diamati dan dipantau oleh para guru /
pembimbing.[7]
Selain itu, ada juga beberapa keunggulan Boarding
School jika dibandingkan dengan sekolah regular, yaitu :
a. Program
Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada
kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek kehidupan anak yang tidak
tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan
program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat
merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program pendidikan
keagamaan, academic development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai
membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran
teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun
belajar hidup.
b.
Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap,
mulai dari fasilitas sekolah yaitu kelas
belajar yang baik (AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera),
laboratorium, klinik, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan,
kebun dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar (telepon,
TV, AC, Pengering Rambut, tempat handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci
tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar
pribadi, lemari es, detector kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar,
rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas
dapur terdiri dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah
belah yang lengkap, microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti
sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah, perlengkapan masak memasak
lengkap, dan kursi yang nyaman.
c. Guru
yang Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan
persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah
konvensional. Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan kemampuan
paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah berasrama.
Ditambah lagi kemampuan bahasa asing: Inggris, Arab, Mandarin, dll. Sampai saat
ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah berasrama (Boarding School) belum
mampu mengintegrasikan guru sekolah dengan guru asrama. Masih terdapat dua
kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan
pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah dan pengasuhan dilakukan
oleh guru asrama.
d.
Lingkungan yang Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam
komplek sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru
atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang
dewasa yang ada di Boarding Schooladalah guru. Siswa tidak bisa lagi diajarkan
bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam
berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan
kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya
maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principalberbahasa asing. Begitu
juga dalam membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat
mengimplementasikan agama secara baik.
e. Siswa
yang heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai
latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari
berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat
kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif
untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan
teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom
anak dan menghargai pluralitas.
f. Jaminan
Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga
keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola
pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat
sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa”
dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan keamanan
diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan (tidak terkena
penyakit menular), tidak narkoba, terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan
keamanan fisik (tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan
dunia maya.
g. Jaminan
Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang
komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan
lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika
dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak
pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah
karena 24 jam anak bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan tidak ada variable
lain yang “mengintervensi” perkembangan dan progresivits pendidikan anak,
seperti pada sekolah konvensional yang masih dibantu oleh lembaga bimbingan
belajar, lembaga kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama dapat
melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat dan
potensi individunya.[8]
5. Kelemahan
Boarding School
Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama masih banyak
memiliki persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama
layu sebelum berkembang. Adapun Faktor-faktornya adalah sebagai berikut :
a.
Ideologi Boarding School yang Tidak Jelas
Term ideology
digunakan untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama,
apakah religius, nasionalis, atau nasionalis-religius. Yang mengambil corak
religius sangat beragam dari yang fundamentalis, moderat sampai liberal.
Masalahnya dalam implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah.
Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideology
tersebut. Hal itu juga serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadop pola-pola
pendidikan kedisiplinan militer secara kaffah, akibatnya terdapat kekerasan
dalam sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam praktik
sekolah berasrama masih belum jelas formatnya.
b. Dikotomi
guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari
guru yang cocok untuk sekolah berasrama. Sekolah-sekolah tinggi keguruan (IKIP
dan Mantan IKIP) tidak “memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya,
masing-masing sekolah mendidik guru asrmanya sendiri sesuai dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas
hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah
tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi
tersebut harus melekat dalam sekolah berasrama. Ini penting untuk tidak
terjadinya saling menyalahkan dalam proses pendidikan antara guru sekolah
dengan guru asrama.
c.
Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama
adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum akademiknya dapat
dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum
KTSP-nya produk Depdiknas dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum
international dan muatan lokal. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat
beragam, dari yang sangat militer (disiplin habis) sampai ada yang terlalu
lunak. Kedua-duanya mempunyai efek negative. pola militer melahirkan siswa yang
berwatak kemiliter-militeran dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang
bisa mengantar siswa mempermainkan peraturan.
d. Sekolah
dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokasi
Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu
lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak
berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah Asrama.
Pengembangan Institusional Boarding School
Sekarang ini, ada dua fenomena menarik dalam dunia
pendidikan di Indonesia yakni munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat
dasar hingga menengah); dan penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut
dengan boarding school. Para murid mengikuti pendidikan reguler dari pagi
hingga siang di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau
pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik berada di
bawah didikan dan pengawasan para guru pembimbing.Di lingkungan sekolah ini
mereka dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara intensif. Selama di
lingkungan asrama mereka ditempa untuk menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai
khusus tadi, tak lupa mengekspresikan rasa seni dan ketrampilan. Hari-hari
mereka adalah hari-hari berinteraksi dengan teman sebaya dan para guru.
Rutinitas kegiatan dari pagi hingga malam sampai ketemu pagi lagi, mereka
menghadapi “makhluk hidup” yang sama, orang yang sama, lingkungan yang sama,
dinamika dan romantika yang seperti itu pula. Dan dari situlah mereka mulai
belajar hidup yang sebenarnya.
Kehadiran boarding school adalah suatu keniscayaan
zaman kini. Keberadaannya adalah suatu konsekwensi logis dari perubahan
lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas
masyarakat. Seperti misalnya, lingkungan sosial kita kini telah banyak berubah
terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam
suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan
keluarga besar satu klan atau marga telah lama bergeser ke arah masyarakat yang
heterogen. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena
berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula.
Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi
anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di
lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif
homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni
menuntut ilmu sebagai sarana mengejar cita-cita. Dari segi ekonomi, boarding
school memberikan layanan yang paripurna. Oleh karena itu anak didik akan
benar-benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan dan fasilitas. Dari
segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang
seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan spiritual.
Nampaknya, konsep boarding school menjadi alternatif
pilihan sebagai model pengembangan pendidikan yang akan datang. Pemerintah
diharapkan semakin serius dalam mendukung dan mengembangkan konsep pendidikan
seperti ini. Sehingga, Boarding school menjadi lembaga pendidikan yang maju dan
bersaing dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Kesimpulan
Sekolah Berasrama adalah alternative terbaik buat para
orang tua menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak
hidup dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru, dan
pengasuh di sekolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk
masuk ke dalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya kompetensi
akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka mempunyai
senjata yang ampuh untuk memasuki dan menaklukkan dunia ini. Di sekolah
berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar
bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi
juga harus berbuat untuk bangsa dan Negara. Oleh sebab itu dukungan fasilitas
terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus
didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut.
Ada beberapa tipe yang terdapat dalam Boarding school,
yaitu:
a) Menurut
Sistem Bermukim Siswa :
1. All
Boarding School
2. Boarding
day School
3. Day
boarding
b) Menurut Jenis Siswa
1. Junior
Boarding School
2.
Co-educational School
3. Boys
School
4. Girl
School
5.
Pre-professional arts School
6. Religius
School
7. Special
needs Boarding School
No comments:
Post a Comment